Menteri Luar Negeri AS Bertemu Menteri Rusia Bahas Konsekuensi Jika Ukraina Diserang

Jakarta - Menlu AS, Antony Blinken, bertemu dengan Menlu Rusia Sergei Lavrov pada Kamis (2/12). Pertemuan itu dilakukan di Stockholm, Swedia.

Dalam pertemuan ini, mereka membahas konflik antara Rusia dan Ukraina. Hubungan kedua negara saat ini berada di titik terendah.

Blinken mengatakan, AS prihatin dengan situasi di Ukraina saat ini. Ia memastikan, ada sanksi jika Rusia sampai menyerang Ukraina.

"Saya menyampaikan keprihatinan mendalam kami dan tekad kami untuk meminta pertanggungjawaban Rusia atas tindakannya, termasuk komitmen kami untuk bekerja dengan sekutu Eropa untuk memberikan konsekuensi berat pada Rusia jika mengambil tindakan agresif lebih lanjut terhadap Ukraina," kata Blinken dalam konferensi pers dikutip dari Reuters, Jumat (3/12).

Sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan, ada 100.000 tentara Rusia di dekat perbatasan Ukraina. Kedua negara kini di ambang perang.

"Sekarang Rusia harus mengurangi ketegangan saat ini dengan menarik mundur dan mengembalikan pasukan ke posisi damai yang normal dan menahan diri dari intimidasi lebih lanjut dan upaya untuk mengacaukan Ukraina," ucap Blinken.

Sementara Lavrov mengatakan, Rusia siap berdialog dengan Ukraina untuk meredakan tensi kedua negara. Ia menegaskan, sesuai instruksi Presiden Vladimir Putin, Rusia tidak menginginkan adanya konflik.

"Kami seperti yang telah dinyatakan Presiden Putin, tidak menginginkan adanya konflik," kata Lavrov.

Meski begitu, Lavrov menyebut ada syarat yang harus dilakukan sebelum penarikan pasukan di perbatasan Ukraina. Mereka meminta NATO dan Barat tidak mengakui Ukraina sebagai anggota dan memasang sistem rudal di sana untuk menargetkan Rusia.

"Kami akan memastikan bahwa kami didengar tetapi yang utama adalah keamanan kami," kata Lavrov.

"Jadi jika NATO masih menolak untuk membahas tema ini atau jaminan atau ide yang diajukan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin, tentu saja kami akan mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa keamanan kami, kedaulatan kami dan integritas teritorial kami tidak bergantung pada orang lain," tegas Lavrov.

Konflik Rusia dan Ukraina telah berlangsung selama lebih dari tujuh tahun dan merenggut hingga lebih dari 13.000 nyawa.

Ukraina yang mendeklarasikan kemerdekaan dari Uni Soviet pada 1991 terbagi menjadi dua yakni Ukraina Barat yang pro-Eropa dan Ukraina Timur yang pro-Rusia.

Krisis identitas ini menjadi salah satu pemantik dari membaranya tensi Ukraina-Rusia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ribuan Warga Selandia Baru Melakukan Aksi Demo Tolak Wajib Vaksin dan Lockdown

Pemerintah Thailand Mengatakan Klaster Penularan Lokal Omicron di Thailand, 21 Orang di Laporkan Positif Terinfeksi Omicron

Terjadi Pengeroyokan 3 Orang Pemuda di Bengkulu Karena Masalah Salah Paham