Software Otomatis Tolak Jutaan Pelamar Kerja yang Membuat Para Pelamar Susah Mendapat Kerja

JakartaDitolak dari sebuah lowongan kerja bisa jadi bukan disebabkan oleh kurangnya skill yang dimiliki sang pelamar. Riset terbaru dari Harvard Company Institution mengungkap bahwa software perekrutan otomatis juga berperan dalam penolakan lowongan kerja.

Dalam studi yang dipublikasi pada awal September 2021 tersebut, peneliti mencoba mengidentifikasi sejumlah faktor yang menghalangi orang mendapat pekerjaan. Orang-orang ini, yang disebut 'surprise employees', mungkin tak mendapat kerja karena perangkat lunak perekrutan otomatis langsung menolak mereka berkat konfigurasi kriteria yang salah, kata peneliti.

Peneliti menjelaskan, studi mereka didasari oleh survei terhadap lebih dari 8.000 covert employees dan lebih dari 2.250 eksekutif perusahaan di seluruh AS, Inggris, dan Jerman.

Hidden employees sendiri merujuk kepada (1) orang-orang yang lama enggak kerja dan lagi mencari kerja; (2) orang yang enggak kerja, tapi mau bekerja di kondisi yang tepat; atau (3) mereka yang kerja part-time, tapi mau kerja full time.

Nah, dari survei tersebut, peneliti menemukan bahwa sebagian besar penolakan disebabkan oleh konfigurasi sistem perekrutan yang enggak fleksibel. Sistem perekrutan ini mencakup apa yang disebut Applicant Tracking System (ATS) dan Recruiting Administration System (RMS).

Kedua jenis software tersebut biasa dipakai perekrut atau Human Resources untuk memindai pelamar yang cocok dengan lowongan kerja. Tujuannya adalah untuk efisiensi, sehingga memudahkan perekrut dalam menyaring pelamar kerja.

"Survei mengungkapkan bahwa lebih dari 90% pemberi kerja menggunakan RMS mereka untuk menyaring atau memberi peringkat pada kandidat dengan keterampilan menengah (94%) dan keterampilan tinggi (92%)," kata laporan tersebut.

Masalahnya, kriteria yang dipasang perusahaan di dalam sistem perekrutan kerap tak fleksibel. Perusahaan umumnya menggunakan kriteria yang terlalu sederhana untuk menyaring mana pelamar yang "baik" dan "buruk".

Sebagai contoh, peneliti menemukan bahwa beberapa sistem secara otomatis menolak kandidat yang punya jeda kerja lebih dari enam bulan. Sistem ini enggak pernah menanyakan penyebab jeda tersebut. Padahal, orang yang enggak kerja selama 6 bulan mungkin disebabkan karena sedang hamil, merawat keluarganya yang sakit, atau memang kesulitan dapat kerja di masa resesi.

"Penggunaan filter semacam itu memiliki dampak besar pada hasil pekerjaan. Sebanyak 78% pemimpin bisnis yang kami wawancarai memperkirakan bahwa lebih dari separuh kandidat berketerampilan menengah dieliminasi oleh penyaringan, dan 80% mengatakan bahwa lebih dari separuh kandidat untuk posisi berketerampilan tinggi juga didiskualifikasi," kata para peneliti.

Deskripsi keterampilan yang tidak sesuai atau tidak realistis dengan pekerjaan yang dibutuhkan juga menjadi penyebab mengapa software application pemindai menolak langsung resume pelamar, meski mereka sebenarnya punya kriteria yang mencukupi.

Contoh ini sempat disampaikan oleh salah satu penulis studi, Joseph Miller, dalam sebuah wawancara dengan The Wall Street Journal. Dia menyebut ada rumah sakit yang hanya menerima kandidat yang punya pengalaman "pemrograman komputer" di CV mereka. Padahal, apa yang mereka butuhkan cuma pekerja yang bisa memasukkan information pasien ke dalam komputer.

Pada gilirannya, penggunaan software application perekrutan otomatis dengan kriteria lowongan kerja yang tidak realistis bikin jutaan orang ditolak.

"Pencarian mereka untuk menemukan kandidat "sempurna" yang memiliki banyak sekali keterampilan-- mulai dari yang sangat diperlukan hingga yang semakin menarik-- mengencerkan fokus mereka untuk menemukan pekerja dengan keterampilan kritis," kata peneliti.

"Pendekatan ini secara artifisial membatasi kumpulan pelamar dan meningkatkan hambatan yang dihadapi calon pekerja. Hasil akhirnya: jutaan pekerja potensial secara efektif dikucilkan dari angkatan kerja."

Untuk memperbaiki masalah ini, peneliti menyebut bahwa perusahaan perlu melakukan "perombakan banyak aspek dari sistem perekrutan," mulai dari tempat perusahaan mencari kandidat hingga bagaimana mereka menggunakan software untuk menyaring pelamar kerja.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Viral Tulisan Grafiti "Orang Miskin Dilarang Sakit" yang Berada di Solo Beberapa Pekan Lalu

Parpol yang Mendukung Presiden Putin Kembali Memenangkan Pemilu Parlemen

Negara Singapura Dijuluki Tempat Paling Instagrammable di Dunia